Pages

Sabtu, 23 Mei 2015

Fenomena Ulat Bulu = Kehancuran Ekosistem ?


Ulat Bulu serang Jatim

Menarik sekali beberapa daerah di jawa timur tepatnya di Probolinggo dimana 7 kecamatan terserang hama ulat bulu yakni kecamatan Sumber Ulu, Leces, Kedawung, Pondok Hulu, Tegasan, Malasan, dan Kerpangan diresahkan oleh serangan ribuan ulat bulu yang terjatuh dari pohon. Fenomena yang sungguh aneh ribuan ulat bulu berkembang di saat yang bersamaan, banyak masyarakat awam kebingungan untuk mengatasi serangan hama ulat bulu ini. Salah satu upaya masyarakat mengatasi serangan hama ini adalah dengan menggunakan penyemprotan insektisida dan secara manual dengan memotong daun di pohon dan membakarnya bersama ulat bulu. Sebenarnya ada apa dibalik fenomena ini, banyak ahli berpendapat hal ini dikarenakan perubahan cuaca yang tak menentu, perburuan predator alaminya yaitu burung pemakan ulat, selain itu juga dikarenakan oleh penggunaan pestisida yang berlebihan sehingga hama menjadi kebal.

Jika saya melihat fenomena ini, ada hal menarik yang mungkin bisa dilihat, ulat bulu berkembang dari telur kupu-kupu yang berkembang menjadi ulat dan selanjutnya menjadi kepompong dan akhirnya berubah menjadi kupu-kupu. Tapi ini tidak wajar, bagaimana bisa telur-telur sampai menetas menjadi begitu banyak ulat bulu. Apakah faktor seleksi alam telur-telur itu sudah tidak berlaku lagi?  Jika kita melihat faktor seleksi maka kita dapat predator alami untuk telur dan ulat, semut atau mungkin sejenis burung pemangsa ulat, dimana mereka? Yang jelas ada masalah dalam keseimbangan rantai makanan diantara proses kehidupan kupu-kupu. Kalau kita pikir, kupu-kupu jarang sekali meletakkan telurnya di areal pertanian warga, terutama areal persawahan, jika karena kebal, mengapa yang terjadi adalah ulat kupu-kupu, bukan serangga pengganggu tanaman yang lebih umum menjadi musuh utama petani seperti wereng, belalang, tungau, dll.

Idealnya dimanakah kupu-kupu hidup?, tidak lain adalah di daerah hutan, dimana mereka bisa meletakkan telur-telurnya yang nantinya akan terseleksi secara alami di alam, mungkin oleh burung pemangsa atau beberapa predator bagi telur dan ulat. Wajarkah ulat bulu tiba-tiba muncul dengan jumlah yang tidak wajar berada di perkampungan warga?. Sungguh habitat yang tidak seharusnya untuk kupu-kupu. Ada masalah dimana, hutan-hutan terutama di daerah Jawa mulai terkikis, penebangan hutan yang tak terkontrol menyebabkan beberapa habitat hewan endemik harus kehilangan tempatnya. Kemungkinan kupu-kupu bermigrasi dan berkembang biak di daerah lain yang menurutnya cocok untuk berkembang biak melanjutkan hidup. Mungkin kita tidak sadar dengan adanya penebangan hutan, baik itu secara ilegal maupun tidak, salah satu bagian dari kehidupan dari hutan juga terkikis. Kita harus memikirkan dampak tidak hanya terhadap kondisi cuaca atau iklim atau kondisi tanah akibat penebangan hutan sebagai penghasil oksigen, tetapi juga harus memikirkan kehidupan organisme yang ada didalamnya karena mereka juga bagian dari keseimbangan itu seindiri.

Kupu-kupu berpindah dari habitat alaminya hutuan menuju daerah pepohonan di perkampungan warga, di cuaca yang memang tidak menentu, di saat waktu yang memang cocok bagi kupu-kupu untuk berkembang biak dan membentuk komunitas baru. Faktor seleksi alam menjadi penting, tidak adanya faktor penyeleksi seperti di hutan dan faktor migrasi mungkin adalah penyebab mengapa ulat bulu berkembang begitu pesatnya di Jawa Timur.



0 komentar:

Posting Komentar