Pages

Sabtu, 23 Mei 2015

Pengertian dan Perbedaan Ekonomi Makro


MAKROEKONOMI
(MKK 204 / 2 SKS)


PENGERTIAN DAN PERBEDAAN EKONOMI MAKRO
Oleh :
Firdaus Marsahala Sitohang

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
2013

PERTEMUAN 1
PENGERTIAN DAN PERBEDAAN EKONOMI MAKRO

1.1  Pengertian Ekonomi Makro
lmu Ekonomi Makro adalah ilmu yang membahas masalah tingkat laku perekonomian secara keseluruhan, seperti tingkat kemakmuran, keluaran barang dan jasa, total perekonomian, laju pertumbuhan dan lain-lain. Dalam pengaplikasiannya  ekonomi makro  memusatkan perhatian kepada perilaku dan kebijakan ekonomi yang dapat mempengaruhi kondisi tersebut (seperti perilaku konsumsi, investasi, faktor penentu perubahan, kebijakan fiskal dan moneter, stok uang beredar, APBN, suku bunga dan utang pemerintah).

Ilmu ekonomi makro mempelajari masalah-masalah ekonomi utama sebagai berikut :
a.       Sejauh mana berbagai sumber daya telah dimanfaatkan di dalam kegiatan ekonomi. Full employment adalah kondisi dimana seluruh sumber daya telah dimanfaatkan dan Under employment sebaliknya.
b.      Sejauh mana Perekonomian dalam keadaan stabil khususnya di bidang moneter. Dalam hal ini kemungkinan perekonomian mengalami Inflasi atau Deflasi.
c.       Sejauh mana perekonomian mengalami pertumbuhan. Apakah pertumbuhan ekonomi tersebut disertai dengan distribusi pendapatan yang membaik atau terjadi trade off (pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan tetapi distribusi pendapatan menurun atau sebaliknya).

1.2  Perbedaan Ekonomi Makro dan Mikro
Secara sederhana Ekonomi mikro menekankan analisisnya pada prilaku individu seperti perusahaan (produsen), tenaga kerja dan konsumen dalam konteks yang lebih terbatas (industri). Individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi secara optimal bersama – sama individu lainnya di dalam pasar akan membentuk keseimbangan dalam skala makro (dengan asumsi semua hal yang mempengaruhi kondisi tersebut ceteris paribus).

Sedangkan ekonomi makro, fokusnya adalah bagaimana perilaku para agen ekonomi dalam konteks agregat (keseluruhan). Bila dibuat permisalan adalah hutan sebagai ekonomi makro dan pohon – pohon yang ada di dalam hutan tersebut adalah ekonomi mikro.

1.3  Sejarah Perkembangan Ekonomi Makro
Teori Ekonomi Mikro (Teori Ekonomi Klasik) memiliki asumsi bahwa struktur pasar merupakan persaingan sempurna, informasi bersifat sempurna dan simetris, input dan output adalah homogen, para pelaku ekonomi bersifat rasional dan bertujuan memaksimumkan keuntungan. Kemudian, teori ini juga berasumsi bahwa proses penyesuaian lewat mekanisme pasar dapat tercapai seketika itu juga serta uang hanya berfungsi sebagai alat transaksi. Teori Klasik menekankan masalah ekonomi pada sisi penawaran saja. (Kenyataan ?)

Teori Ekonomi Makro lahir sebagai kritik terhadap teori ekonomi klasik akibat terjadinya Great Depression pada periode 1929-1933. Kelompok ini dipeloporin oleh John Maynard Keynes seorang ekonom Inggris melalui bukunya The General Theory of Employment, Interest and Money (1936). Kaum Keynesian berpandangan bahwa struktur pasar cenderung monopolistik, informasi tidak sempurna dan asimetris. Sementara itu input dan output yang dipertukarkan juga heterogen. Uang pun tidak hanya dipandang sebagai alat transaksi belaka namun juga sebagai penyimpan nilai yang memungkinkan uang digunakan sebagai alat untuk memperoleh keuntungan melalui tindakan spekulasi. Dari asumsi-asumsi ini, Keynesian berpendapat bahwa peranan pemerintah dibutuhkan dalam mengelola perekonomian melalui instrument kebijakan fiskal dan moneter.


1.4  Permasalahan di dalam Ekonomi Makro dalam Jangka Pendek dan Panjang
Ada tiga masalah ekonomi makro jangka pendek yang harus diatasi setiap saat, yaitu permasalahan tentang Inflasi, Pengangguran, dan Ketimpangan dalam neraca pembayaran.

a.      Permasalahan Ekonomi Makro Jangka Pendek
1.      Inflasi
Yang dimaksud dengan inflasi adalah suatu keadaan kecenderungan kenaikan harga-harga secara umum dan terus-menerus. Oleh sebab itu, kondisi semacam itu dianggap sebagai masalah dan tidak diperlukan kebijakan khusus untuk mengatasinya. Walaupun tidak secara otomatis menurunkan standar hidup, inflasi tetap merupakan masalah, karena dapat mengakibatkan penurunan efisiensi ekonomi, dan menyebabkan perubahan output serta kesempatan kerja dalam masyarakat.

2.      Pengangguran
Pengangguran terjadi karena jumlah tenaga kerja atau angkatan kerja melebihi tingkat kesempatan kerja yang tersedia. Berdasarkan tingkat pengangguran, dapat diketahui apakah perekonomian berada pada tingkat kesempatan kerja penuh (full employment) atau tidak. Secara teoretis perekonomian dianggap mencapai tingkat kesempatan kerja penuh apabila tenaga kerja yang tersedia seluruhnya digunakan. Di negara kita upaya untuk menekan tingkat pengangguran dilakukan melalui pengendalian tingkat pertumbuhan penduduk. Hal ini disebabkan pembangunan ekonomi tidak mempunyai arti jika dibarengi dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang terlalu tinggi.

3.      Ketimpangan Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran adalah neraca yang memuat ringkasan dari segala transaksi yang terjadi antara penduduk suatu negara dan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu, dan biasanya satu tahun. Transaksi-transaksi yang terdapat dalam neraca pembayaran menyangkut barang-barang dan jasa (dalam bentuk ekspor atau impor) transaksi finansial, seperti pemberian atau penerimaan kredit kepada atau dari negara lain, penanaman modal di luar negeri dan transaksi-transaksi yang bersifat unilateral, seperti pembayaran transfer dari orang-orang yang tinggal di luar negeri. Ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran suatu negara dapat dikatakan merupakan masalah apabila ketidakseimbangan tersebut cukup besar. Jika kenyataan itu terjadi, diperlukan kebijakan pemerintah untuk mengatasinya.

b.      Permasalahan Ekonomi Makro Jangka Panjang
Dalam jangka panjang permasalahan ekonomi makro menyangkut persoalan pertumbuhan di bidang ekonomi. Masalah ini pada dasarnya menyangkut bagaimana mengatur perekonomian agar terdapat keserasian antara pertumbuhan penduduk, pertambahan kapasitas produksi, dan tersedianya dana untuk investasi.

Adapun dampak yang dapat timbul bila stabilitas Perekonomian Makro tergangggu antara lain :
a)      Rendahnya tingkat Kehidupan masyarakat
Rendahnya tingkat kehidupan terutama dilihat dari kemampuan pemenuhan kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian, kesehatan, dan pendidikan. Laporan UNDP 1999 menunjukkan lebih dari satu miliar penduduk Negara Sedang Berkembang (NSB) hidup dalam kondisi miskin, kekurangan gizi, dan kondisi kesehatannya yang buruk. Selain itu tingkat pendidikan umumnya masih sangat rendah, bahkan masih banyak yang buta aksara.

b)      Rendahnya tingkat produktivitas masyarakat
Rendahnya tingkat produktivitas dapat dilihat dari Produk Domestik Bruto per kapita (PDB per kapita) yang rendah. Hal ini berkaitan dengan rendahnya tingkat kehidupan dan terbatasnya kesempatan kerja yang tersedia, terutama bagi mereka yang berpendidikan rendah.

c)      Tingginya pertambahan penduduk
Tingginya tingkat pertambahan penduduk tersebut telah menimbulkan masalah besar, terutama berkaitan dengan penyediaan kebutuhan pangan, pendidikan, kesehatan, perumahan, dan kesempatan kerja.

d)     Tingginya tingkat pengangguran
Penyebab tinginya tingkat pengangguran, yaitu laju pertumbuhan angkatan kerja lebih tinggi dibanding laju pertumbuhan kesempatan kerja. Rendahnya pertumbuhan kesempatan kerja berhubungan erat dengan rendahnya tingkat penanaman modal, khususnya di sektor modern (industri dan jasa modern).

Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.

1.5  Macam – Macam Pasar dalam Ekonomi Makro
Istilah pasar dalam Ilmu Ekonomi menggambarkan interaksi permintaan dan penawaran yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi.
Siapa pelaku ekonomi ?
Pelaku ekonomi dalam ekonomi makro dibedakan atas lima kelompok yaitu, rumah tangga, atau konsumen (households), produsen (business), pemerintah (government), negara-negara lain (foreign countries), dan lembaga keuangan (financial Institutions). Pembagian ini dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan analisi kebijakan makro. Sedangkan dalam ekonomi mikro pelaku ekonomi hanya dibedakan atas dua kelompok saja, yaitu konsumen dan produsen.

Pasar dalam ekonomi makro dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
a.       Pasar Barang dan Jasa
Perusahaan adalah pihak yang menyediakan berbagai macam barang dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen. Sektor rumah tangga, pemerintah dan luar negeri sebagai konsumennya. Misalnya, perusahaan tekstil dan produk tekstil menghasilkan berbagai macam kain, pakaian, kaos, jaket, permadani, sepatu dll. Pembelinya adalah masyarakat sebagai sektor rumah tangga, pemerintah dan sebagian lagi warga asing (sektor luar negeri) yang mengimpor barang-barang tersebut. Di pasar barang dan jasa, juga terjadi jual-beli antar perusahaan.

b.      Pasar Tenaga Kerja
Sektor rumah tangga adalah pihak yang menjadi penyedia tenaga kerja. Yang meminta tenaga kerja adalah perusahaan, pemerintah dan luar negeri. Tenaga kerja tidak hanya berupa kemampuan fisik, tetapi juga keterampilan, keahlian dan mental. Untuk itu tenaga kerja dibagi menjadi 3 kelompok yaitu Tenaga Kerja terdidik (yang memiliki keahlian tinggi), Tenaga Kerja Terampil (yang mendapatkan keterampilan atau keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau pengalaman dalam bekerja), dan Tenaga Kerja Kasar (Tenaga Kerja yang mengandalkan kemampuan fisik dan kurangnya pendidikan).
Yang perlu diperhatikan bahwa penawaran tenaga kerja total terhadap perekonomian, sangat tergantung kepada keputusan yang diambil oleh sektor rumah tangga. Keputusan tersebut mencakup kapan masuk angkatan kerja, berapa jam mereka harus bekerja dsb.

c.       Pasar uang ( pasar modal)
Individu dari sektor rumah tangga yang sudah mapan, mengalokasikan pendapatannya tidak hanya untuk konsumsi, tetapi juga untuk ditabung dan spekulasi di pasar uang (financial market). Di pasar uang rumah tangga dapat membeli saham maupun obligasi dari perusahaan maupun pemerintah. Artinya, sektor rumah tangga menawarkan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan, yakni perusahaan dan pemerintah, dengan harapan akan memperoleh pendapatan berupa deviden atau bunga. Bila perusahaan menyatakan dirinya go publik, berarti melakukan permintaan dana baik ke sektor rumah tangga, pemerintah maupun sektor luar negeri.



Daftar Pustaka

Delliarnov. 2010. Perkembangan pemikiran ekonomi Edisi revisi. Jakarta ; Rajawali Pers
Richard G.lipsey, peter O.Steiner, Pengantar Ilmu Ekonomi Jilid 1,2.Edisi ke enam, Jakarta. Rineka Cipta



Pertanyaan diskusi :
1.      Apakah pentingnya mahasiswa Akuntansi mempelajari Ilmu Ekonomi Makro ???








Pendekatan Ekonomi
1)       Dalam penyusuan teori akuntansi menekankan pengendalian perilaku indikator-indikator ekonomi makro, yang diakibatkan oleh berbagai praktik akuntansi. Menekankan pada konsep kesejahteraan ekonomi secara umum.
2)       Kriteria umum yang digunakan dalam pendekatan ekonomi makro adalah  :
1.   Kebijakan dan teknik akuntansi yang digunakan harus menyajikan realitas ekonomi.
2.   Pemilihan teknik-teknik akuntansi harus tergantung pada konsekuensi ekonomi.

Contoh nyata keterkaitan Akuntansi dan Ekonomi Makro :
Kerugian luar biasa yang terjadi karena krisis moneter mengakibatkan kondisi saldo laba menjadi negatif (defisit), dan untuk mengembalikan saldo laba menjadi positif, dibutuhkan waktu yang cukup lama atau tambahan setoran modal yang sangat besar. Padahal, perusahaan yang ada dalam kondisi ini masih memiliki going concern yang cukup baik. Jika hal ini dibiarkan saja, maka laporan keuangan perusahaan akan terlihat ‘tidak sehat‘. Akibatnya, perusahaan-perusahaan tersebut akan mengalami kesulitan dalam melakukan kredit ke bank (not bankable) atau mencari tambahan dana dari investor. Sebagai contoh misalnya, jika suatu perusahaan ada dalam tingkat risiko tertentu (misalnya dalam kondisi defisit), maka bunga bank akan menjadi lebih tinggi.

Permasalahan mikro yang disebabkan oleh permasalahan makro ini, jika tidak diselesaikan akan memperparah kondisi perekonomian makro. Oleh karena itulah diterbitkan PSAK 51 yang diadopsi dari US GAAP. Konsepnya adalah, perusahaan yang mengalami kondisi defisit karena kerugian yang luar biasa ini diijinkan untuk mengubah basis penilaian aset dan liabilitas dari historical cost ke nilai wajar (revaluasi), sehingga hasil dari revaluasi ini dapat digunakan untuk menutup defisit saldo laba (baca lagi mengenai kuasi reorganisasi di sini). Sehingga, laporan keuangan perusahaan menjadi terlihat lebih sehat. Hal ini akan mendukung kinerja perusahaan yang baik. Secara makro, rencana strategis negara untuk keluar dari krisis moneter juga tercapai.
Walaupun kuasi reorganisasi adalah perbaikan laporan keuangan secara kertas, namun berdasar informasi dari Bapepam LK, semua perusahaan di Indonesia yang pernah melakukan kuasi reorganisasi menunjukkan kinerja yang sangat baik, bahkan meningkat. Sehingga tidak ada lagi risiko bahwa perbaikan secara kertas ini tidak menunjukkan kondisi nyata perusahaan (manipulasi).

Kasus mengenai diadopsinya PSAK 51 pada era krisis moneter memperkuat pandangan bahwa akuntansi merupakan alat pengendali perekonomian makro secara mikro.

Makalah: Pengaruh Kegiatan Ekspor Impor Bagi Perekonomian Indonesia


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Setiap negara memiliki kekayaan alam atau sumber daya alam yang berbeda-beda satu sama lain, oleh karena itu dibutuhkannya komoditi yang tidak tersedia antara negara satu dan negara yang lain. Dengan adanya komidi tersebut, akan terjadi perdagangan atau pertukaran komoditi antara negara satu dan negara yang lain. Terjadilah kegiatan ekspor dan impor tiap negara. Seperti yang dinyatakan oleh Amir (2001:1)
“Perdagangan internasional ekspor impor adalah kegiatan yang dijalankan eksportir maupun produsen eksportir dalam transaksi jual beli suatu komoditi dengan orang asing, bangsa asing, dan negara asing. Kemudian penjual dan pembeli yang lazim disebut eksportir dan importir melakukan pembayaran dengan valuta asing.”
Kinerja ekspor Indonesia pada 2013 diperkirakan belum dapat pulih sepenuhnya setelah mengalami defisit neraca perdagangan beberapa kali sepanjang 2012. Apalagi pemulihan krisis Uni Eropa dan Amerika Serikat menunjukkan tren perbaikan yang lamban ditambah masih adanya tren penurunan harga komoditas di pasar internasional.
Terbatasnya persediaan di suatu negara, kegiatan impor pun digagas. Kegiatan ekspor impor juga dapat menumbuhkan hubungan harmonis antarbangsa. Dengan perdagangan internasional ini, banyak pihak dilibatkan dan sama-sama mendapat keuntungan, baik keuntungan hasil jual maupun keuntungan atas pemenuhan kebutuhan. Ekspor impor juga merupakan salah satu lapangan pekerjaan yang besar pengaruhnya bagi para pebisnis.
Pengutamaan ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983. Sejak saat itu, ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri promosi ekspor. Konsumen dalam negeri membeli barang impor atau konsumen luar negeri membeli barang domestik, menjadi sesuatu yang sangat lazim. Persaingan sangat tajam antar-berbagai produk. Selain harga, kualitas atau mutu barang menjadi faktor penentu daya saing suatu produk.
Berdasarkan permasalahan di atas, makalah ini mengambil judul “Pengaruh Kegiatan Ekspor Impor terhadap Perekonomian di Indonesia” sebagai bentuk karya tulis yang memaparkan tentang ekspor impor di Indonesia.

1.2  Rumusan Masalah
          Berdasarkan latar belakang tersebut, diketahui bahwa ekspor impor banyak memberi pengaruh terhadap perekonomian maka dapat diambil permasalahannya sebagai berikut:
1.      Bagaimana kegiatan ekspor impor dapat memengaruhi perekonomian Indonesia?
2.      Kebijakan apa saja yang diupayakan pemerintah untuk meningkatkan ekspor impor bagi perekonomian di Indonesia?

1.3  Tujuan Penilitian
Adapun makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui cara kegiatan ekspor impor memengaruhi perekonomian Indonesia.
2.      Untuk mengetahui berbagai macam kebijakan yang diupayakan pemerintah untuk meningkatkan ekspor impor bagi perekonomian di Indonesia.

1.4  Manfaat Penelitian
Adapun makalah ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1.      Dapat menambah wawasan kepada pembaca atau masyarakat luas tentang pengaruh ekspor impor bagi perekonomian di Indonesia.
2.      Dapat mengetahui atau lebih mengenal kelebihan dan kekurangan dari pengaruh ekspor  impor bagi perekonomian di Indonesia.

1.5   Luaran yang Diharapkan
Berikut ini adalah luaran yang diharapkan dengan dibuatnya makalah ini:
1.      Adanya kesadaran dari masyarakat tentang pengaruh ekspor impor bagi perekonomian di Indonesia.
2.      Masyarakat lebih mengerti dan poeduli tentang kelebihan dan kekurangan ekspor impor bagi perekonomian di Indonesia.

1.6  Kegunaan
1.      Untuk Mahasiswa
·         Untuk memperluas wawasan pembaca tentang pengaruh ekspor impor untuk perekonomian Indonesia.
·         Agar mahasiswa mengerti perkembangan dan permasalahan kegiatan ekspor impor.
2.      Untuk Masyarakat
·         Agar masyarakat mengerti tentang kekurangan dan kelebihan dari pengaruh ekspor impor untuk perekonomian Indonesia.
·         Agar menambah wawasan masyarakat tentang pengaruh ekspor impor untuk perekonomian Indonesia.

BAB II
KAJIAN TEORI

Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan internasional.
Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Impor adalah bagian penting dari perdagangan internasional.
Pengutamaan ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983. Sejak saat itu, ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri promosi ekspor. Konsumen dalam negeri membeli barang impor atau konsumen luar negeri membeli barang domestik, menjadi sesuatu yang sangat lazim. Persaingan sangat tajam antarberbagai produk. Selain harga, kualitas atau mutu barang menjadi faktor penentu daya saing suatu produk.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia pada periode Januari-Oktober 2008 mencapai USD118,43 miliar atau meningkat 26,92 persen dibanding periode yang sama tahun 2007, sementara ekspor nonmigas mencapai USD92,26 miliar atau meningkat 21,63 persen. Sementara itu menurut sector ekspor hasil pertanian, industri, serta hasil tambang dan lainnya pada periode tersebut meningkat masing-,masing 34,65 persen, 21,04 persen, dan 21,57 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.


BAB III
METODE PENILITIAN

3.1 Rancangan Penelitian
        Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dalam penelitian ini mendeskripsikan kegiatan ekspor impor.
        Ekspor impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu Negara ke Negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor impor terjadi karena ketidak tersediaannya barang atau komoditi dalam suatu Negara tersebut sehingga terjadi kegiatan ekspor impor.

3.2  Data Penelitian
Data yang diambil adalah kegiatan ekspor impor Indonesia dan pengaruh ekspor impor Indonesia.
1.      Kegiatan ekspor impor Indonesia
Produk kegiatan ekspor impor Indonesia adalah barang konsumsi dan bahan baku. Barang konsumsi merupakan kebutuhan sehari-hari sedangkan bahan baku merupakan barang-barang yang diperlukan untuk kegiatan produksi industri.
2.      Pengaruh ekspor impor Indonesia
Pengaruh untuk masyarakat, memperluas pasar bagi produk Indonesia. Semakin luasnya pasar bagi produk Indonesia, maka kegiatan dalam negeri akan meningkat semakin banyak sehingga banyak pula tenaga kerja yang dibutuhkan.
Pengaruh untuk negara, dengan semakin banyaknya transaksi kegiatan ekspor impor maka akan menambah devisa dan kekayaan Negara akan bertambah.

3.3  Sumber Data
Sumber data yang didapat nilai ekspor Indonesia pada periode Januari – Februari 2008 mencapai USD 118,43 M atau meningkat 26,92 % dibanding periode yang sama tahun 2007, sementara ekspor non migas mencapai USD 92,26 M atau meningkat 21,63%. Sementara itu menurut sektor ekspor hasil pertanian, industri, serta hasil tambang dan lainnya. Pada periode tersebut meningkat masing – masing 34,65%; 21,04%; dan 21,57% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

3.4  Teknik Pengumpulan Pengaruh Kegiatan Ekspor Impor Terhadap Perekonomian di Indonesia
Adapun teknik pengumpulan data yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini, sebagai berikut:
1.      Teknik simak catat, mengulas pembahasan tentang pengaruh kegiatan ekspor impor di Indonesia, setelah itu catat poin-poin yang dapat  dianalisis untuk bahan makalah ini.
2.      Teknik mengunduh, pengaruh kegiatan ekspor dan impor ini mengambil data pembaca yang bersumber dari internet 
3.      Teknik reduksi data, pengaruh kegiatan ekspor dan impor ini setelah mengunduh data dari internet kami meredaksi data.
4.      Teknik penyajian data,
5.      Teknik interprestasi,
6.      Teknik penarikan simpulan pengaruh kegiatan dengan cara mengembil garis besar.

3.5  Teknik Analisa Data
Analisis dan Hasil Pembahasan
Analisis pengaruh ekspor dan impor bagi perekonomian di Indonesia
·         Data
Data yang didapat merupakan data sekunder yang berupa laporan atau data dari pihak tertentu. Data didapat dari berbagai macam sumber. Salah satunya gambaran data menurut State Statistical Bureau, dilihat dari pertumbuhan ekonomi cina sebagai berikut :






Tahun
Pertumbuhan
1998
1999
2000
2001
2002
7,8%
7,1%
8%
6%
7%

Nilai GDP tahun 1998 sebesar US$ 960,8 milyar sedangkan pada tahun 2000 mencapai US$ 1,078 triliyun. Untuk tahun 2001 dari Januari-September mencapai US$ 810 milyar. Prediksi untul tahun 2002 mencapai US$ 1,51 triliyun. Pencapaian ini melebihi negara-negara lainnyaa di Asia. Kenaikan GDP sebesar 7,1 % pada tahun 1999 melebihi perkiraan sebelumnya, sebesar 6,6 %. Pada tahun 2000, GDP mencapai kenaikan 8%, melebihi perkiraan sebelumnya yaitu 7,5%.
·                     Ekspor di Indonesia
Pada sumber UNCTAD dalam Hasibuan (2001) mencatat, pangsa pasar manufaktur dan pertanian dalam ekspor total di Indonesia (dalam persen) adalah :
Pangsa Pasar Manufaktur dan Pertanian Dalam Ekspor Total di Indonesia (dalam persen)

Selama lima tahun terakhir (2005-2009) pertumbuhan ekspor Indonesia cenderung meningkat sebesar 20%/pertahun, begitu pula pertumbuhan impor cenderung meningkat sebesar 9,7%/tahun. Pada Tahun 2009 Indonesia menduduki peringkat ke-29 dalam ekspor dunia dan posisi ke-28 dalam impor dunia. Selama tahun 2009, sektor Industri menyumbang 75,3%, pertambangan 20,2% dan pertanian 4,5 % terhadap total eskpor Indonesia. Negara yang menjadi mitra Dagang utama Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat Singapura, RRC dan India.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari – Oktober 2008 mencapai USD118,43 miliar atau meningkat 26,92 persen dibanding periode yang sama tahun 2007, sementara ekspor nonmigas mencapai USD92,26 miliar atau meningkat 21,63 persen. Sementara itu menurut sektor, ekspor hasil pertanian, industri, serta hasil tambang dan lainnya pada periode tersebut meningkat masing-masing 34,65%, 21,04%, dan 21,57% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan selama Januari-Desember 2008 nilai ekspor sebesar US$136,76 miliar meningkat sebesar 19,86 persen dibanding ekspor pada periode yang sama tahun sebelumnya. Ekspor nonmigas mencapai sebesar US$107,8 miliar atau meningkat 17,16 persen
 Jika dilihat dari sektoral, pada 2008 kontribusi ekspor produk industri mencapai sebesar 64,38 persen, tambang 10,84 persen, pertanian 3,61 persen, dan sisanya merupakan kontribusi dari migas. Dimana apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sektor pertanian mengalami peningkatan sebesar 34,98 persen, pertambangan dan lainnya 24,62 persen, serta industri sebesar 15,15 persen.

·         Impor di Indonesia
Dalam tahun 2000, Indonesia merupakan negara urutan ke-14 sebagai negara tujuan ekspor china, dan urutan ke-13 sebagai negara sumber impor china (Atase Perindag, 2000)
Menurut catatan CBS ekspor China ke Indonesia tahun 2000 sebesar 3,06 milyar dollar AS, naik sebesar 60% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 906 juta dollar AS. Untuk tahun 2001 sampai bulan september sebesar 2,12 milyar dollar AS turun 6, 19%, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,18 milyar dolar AS.
Nilai ekspor RRC ke Indonesia terdiri atas Migas dan Non Migas. Untuk migas ternyata mengalami kenaikan pesat 189,21% yakni dari 95,55 juta $ menjadi 276,35 juta $.

·         Eksplorasi Data

Di Indonesia sudah sering sekali melakukan kegiatan ekspor impor. Ada beberapa provinsi yang sering sekali mengimpor barang dari luar negeri,
Tidak hanya mengimpor, Indonesia juga merupakan negara pengekspor barang – barang tertentu, salah satu contoh hasil perkebunan yaitu tembakau. Tembakau Indonesia menempati posisi 7 dalam sepuluh negara terbesar produsen daun tembakau pada tahun 2002 sebesar 144.700 ton.
Hampir seluruh (96%) produksi tembakau Indonesia berasal dari tiga propinsi. Produksi tembakau  terbanyak   adalah di propinsi Jawa Timur (56%) kemudian Jawa Tengah (23%) dan NTB (17%) dan  sisanya di Yogyakarta, Sumatera Utara, Jawa Barat dan Bali.
Kegiatan impor yang dilakukan indonesia salah satunya adalah impor beras. Bulog biasanya mengimpor beras dari negara-negara tetangga. Sebagai sampel negara Thailand, India, dan Vietnam merupakan salah satu negara yang sering diimpor berasnya oleh indonesia. Berdasarkan data Bulog per 30 Mei, impor beras dari Thailand kuota 200.000 ton dengan mekanisme G to G baru terealisasi sebanyak 35.700 ton. Padahal batasan impor jatuh pada bulan Juni. Hingga kini, realisasi izin impor beras kuota 1,5 juta ton, baik mekanisme tender maupun G to G dengan Thailand dan Vietnam, baru terealisasi sebanyak 640.421 ton dari kontrak sekitar 1,12 juta ton.

·         Variabel dan Indikator
Ekpor impor termasuk dalam indikator perekonomian yang berguna untuk memajukan perekonomian suatu negara. Ekspor impor juga merupakan indikator makroekonomi. Dari data ekspor, impor, dan tradebalance (ekspor minus impor) Indonesia, baik perdagangan yang terjadi dengan mitra dagang di dalam kawasan ASEAN(intra-ASEAN) maupun di luar kawasan ASEAN(extra-ASEAN).
Semua indikator perdagangan internasional tumbuh sekitar 0,5%-2,5% untuk periode 1993-2001, kecuali indikator ekspor Indonesia di luar ASEAN (extra-ASEAN) yang pertumbuhannya nol persen (0%) untuk periode yang sama. Pertumbuhan tersebut dapat dilihat secara visual pada gratik 1-3.
Variabel penting dalam perekonomian terdiri dari Ekspor tahun berjalan, Ekspor tahun lalu, (ekspor – impor) tahun lalu, Hutang LN tahun lalu, Devaluasi dari tahun 1984-2001. selain variabel tersebut, ada juga jumlah produksi, banyaknya ekspor, harga FOB serta nilai ekspor neto produk.
Bab IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Kegiatan Ekspor dan Impor Mempengaruhi Perekonomian di Indonesia
Pengutamaan ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983. Sejak saat itu, ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri promosi ekspor. Konsumen dalam negeri membeli  barang impor atau konsumen luar negeri membeli barang domestik, menjadi sesuatu yang sangat lazim. Persaingan sangat tajam antar berbagai produk.
Selain harga, kualitas atau mutu barang menjadi faktor penentu daya saing suatu produk. Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari – Oktober 2008 mencapai USD118,43 miliar atau meningkat 26,92% dibanding periode yang sama tahun 2007, sementara ekspor nonmigas mencapai USD92,26 miliar atau meningkat 21,63%. Sementara itu menurut sektor, ekspor hasil pertanian, industri,
serta hasil tambang dan lainnya pada periode tersebut meningkat masing-masing 34,65%, 21,04%, dan 21,57% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun selama periode ini pula, ekspor dari 10 golongan barang memberikan kontribusi 58,8% terhadap total ekspor nonmigas. Kesepuluh golongan tersebut adalah, lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, mesin atau peralatan listrik, karet dan barang dari karet, mesin-mesin atau pesawat mekanik. Kemudian ada pula bijih, kerak, dan abu logam, kertas atau karton, pakaian jadi bukan rajutan, kayu dan barang dari kayu, serta timah. Selama periode Januari – Oktober 2008, ekspor dari 10 golongan barang tersebut memberikan kontribusi sebesar 58,80% terhadap total ekspor nonmigas. Dari sisi pertumbuhan, ekspor 10 golongan barang tersebut meningkat 27,71% terhadap periode yang sama tahun 2007. Sementara itu, peranan ekspor nonmigas di luar 10 golongan barang pada Januari – Oktober  2008 sebesar 41,20%.
Peranan dan perkembangan ekspor nonmigas Indonesia menurut sektor untuk periode Januari – Oktober  tahun 2008 dibanding tahun 2007 dapat dilihat pada. Ekspor produk pertanian, produk industri serta produk pertambangan dan lainnya masing-masing meningkat 34,65%, 21,04%, dan 21,57%.
Dilihat dari kontribusinya terhadap ekspor keseluruhan Januari-Oktober 2008, kontribusi ekspor produk industri adalah sebesar 64,13%, sedangkan kontribusi ekspor produk pertanian adalah sebesar 3,31%, dan kontribusi ekspor produk pertambangan adalah sebesar 10,46%, sementara kontribusi ekspor migas adalah sebesar 22,10%.
Secara keseluruhan kondisi ekspor Indonesia membaik dan meningkat, tak dipungkiri semenjak terjadinya krisis finansial global, kondisi ekspor Indonesia semakin menurun. Ekspor per September yang sempat mengalami penurunan 2,15% atau menjadi USD12,23 miliar bila dibandingkan dengan Agustus 2008. Namun, dari tahun ke tahun mengalami kenaikan sebesar 28,53%.
            Keadaan impor di Indonesia tak selamanya dinilai bagus, sebab menurut golongan penggunaan barang, peranan impor untuk barang konsumsi dan bahan baku/penolong selama Oktober 2008 mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya yaitu masing-masing dari 6,77 persen dan 75,65 persen menjadi 5,99 persen dan 74,89 persen. Sedangkan peranan impor barang modal meningkat dari 17,58 persen menjadi 19,12 persen. Sedangkan dilihat dari peranannya terhadap total impor nonmigas Indonesia selama Januari-Oktober 2008, mesin per pesawat mekanik memberikan peranan terbesar yaitu 17,99 persen, diikuti mesin dan peralatan listrik sebesar 15,15 persen, besi dan baja sebesar 8,80
persen, kendaraan dan bagiannya sebesar 5,98 persen, bahan kimia organik sebesar 5,54 persen, plastik dan barang dari plastik sebesar 4,16 persen, dan barang dari besi dan bajasebesar 3,27 persen. Selain itu, tiga golongan barang berikut diimpor dengan peranan di bawah tiga persen yaitu pupuk sebesar 2,43 persen, serealia sebesar 2,39 persen, dan kapas sebesar 1,98 persen. Peranan impor sepuluh golongan barang utama mencapai 67,70 persen dari total impor
nonmigas dan 50,76 persen dari total impor keseluruhan.

                                        
4.2 Kebijakan yang Diupayakan Pemerintah untuk Meningkatkan Ekspor Impor di Indonesia.

Beberapa ekonom menyebutkan bahwa Indonesia mengalami perbaikan ekonomi. Pasar internasional juga sedang menunjukkan pemulihan dengan kemampuan pasar yang berpotensi menyerap pasokan produk industri nasional. Jadi ada peluang meningkatkan kinerja ekspor bila Indonesia bisa mengoptimalkan kapasitas produksi dalam negeri karena pulihnya pasar global. Tentu merumuskan kebijakan ekspor yang menjamah permasalahan semua lini bisnis dalam perdagangan internasional menjadi penting. Prestasi mengangkat kembali nilai ekspor tergantung dari kebijaksanaan ekonomi yang ditempuh baik yang berada dalam lini bisnis vital maupun pendukung secara kuantitatif.
Kebijakan-Kebijakan perdagangan Internasional yang telah diupayakan oleh pemerintah, diantaranya:
1. Tarif
Tarif adalah sejenis pajak yang dikenakan atas barang-barang yang diimpor. Tarif spesifik (Specific Tariffs) dikenakan sebagai beban tetap atas unit barang yang diimpor. Misalnya $6 untuk setiap barel minyak). Tarifold Valorem (od Valorem Tariffs) adalah pajak yang dikenakan berdasarkan persentase tertentu dari nilai barang-barang yang diimpor (misalnya, tarif 25 % atas mobil yang diimpor). Dalam kedua kasus dampak tarif akan meningkatkan biaya pengiriman barang ke suatu negara.

2. Subsidi ekspor
Subsidi ekspor adalah pembayaran sejumlah tertentu kepada perusahaan atau perseorangan yang menjual barang ke luar negeri, seperti tarif, subsidi ekspor dapat berbentuk spesifik (nilai tertentu per unit barang) atau Od Valorem (presentase dari nilai yang diekspor). Jika pemerintah memberikan subsidi ekspor, pengirim akan mengekspor, pengirim akan mengekspor barang sampai batas dimana selisih harga domestik dan harga luar negeri sama dengan nilai subsidi. Dampak dari subsidi ekspor adalah meningkatkan harga di negara pengekspor sedangkan di negara pengimpor harganya turun.

3. Pembatasan impor
Pembatasan impor (Import Quota) merupakan pembatasan langsung atas jumlah barang yang boleh diimpor. Pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan memberikan lisensi kepada beberapa kelompok individu atau perusahaan. Misalnya, Amerika Serikat membatasi impor keju. Hanya perusahaan-perusahaan dagang tertentu yang diizinkan mengimpor keju, masing-masing yang diberikan jatah untuk mengimpor sejumlah tertentu setiap tahun, tak boleh melebihi jumlah maksimal yang telah ditetapkan. Besarnya kuota untuk setiap perusahaan didasarkan pada jumlah keju yang diimpor tahun-tahun sebelumnya.

4. Pengekangan ekspor sukarela
Bentuk lain dari pembatasan impor adalah pengekangan sukarela (Voluntary Export Restraint), yang juga dikenal dengan kesepakatan pengendalian sukarela (Voluntary Restraint Agreement = ERA). VER adalah suatu pembatasan kuota atas perdagangan yang dikenakan oleh pihak negara pengekspor dan bukan pengimpor. Contoh yang paling dikenal adalah pembatasan atas ekspor mobil ke Amerika Serikat yang dilaksanakan oleh Jepang sejak 1981. VER pada umumnya dilaksanakan atas permintaan negara pengimpor dan disepakati oleh negara pengekspor untuk mencegah pembatasan-pembatasan perdagangan lainnya. VER
mempunyai keuntungan-keuntungan politis dan legal yang membuatnya menjadi perangkat kebijakan perdagangan yang lebih disukai dalam beberapa tahun belakangan. Namun dari sudut pandang ekonomi, pengendalian ekspor sukarela persis sama dengan kuota impor dimana lisensi diberikan kepada pemerintah asing dan karena itu sangat mahal bagi negara pengimpor.
VER selalu lebih mahal bagi negara pengimpor dibandingan dengan tarif yang membatasi impor dengan jumlah yang sama. Bedanya apa yang menjadi pendapatan pemerintah dalam tarif menjadi (rent) yang diperoleh pihak asing dalam VER, sehingga VER nyata-nyata
mengakibatkan kerugian.

5. Persyaratan kandungan lokal.
Persyaratan kandungan local (local content requirement) merupakan pengaturan yang mensyaratkan bahwa bagian-bagian tertentu dari unit-unit fisik, seperti kuota impor minyak AS di tahun 1960-an. Dalam kasus lain, persyaratan ditetapkan dalam nilai, yang mensyaratkan pangsa minimum tertentu dalam harga barang berawal dari nilali tambah domestik. Ketentuan kandungan lokal telah digunakan secara luas oleh negara berkembang yang beriktiar mengalihkan basis manufakturanya dari perakitan kepada pengolahan bahan-bahan antara (intermediate goods). Di Amerika Serikat rancangan undang-undang kandungan local untuk kendaraan bermotor diajukan tahun 1982 tetapi hingga kini belum diberlakukan.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Sejak tahun 1987 ekspor Indonesia mulai didominasi oleh komoditi non migas dimana pada tahun-tahun sebelumnya masih didominasi oleh ekspor migas. Pergeseran ini terjadi setelah pemerintah mengeluarkan serangkaian kebijakan dan deregulasi di bidang ekspor, sehingga memungkinkan produsen untuk meningkatkan ekspor non migas. Banyak manfaat yang diperoleh Indonesia dari kegiatan ekspor impor dimana masyarakat dan perekonomian Negara menjadi lebih stabil.
Banyak cara untuk melakukan kegiatan eskpor impor dengan Negara lain yang membuat produsen tidak pusing memikirkan bagaimana mengekspor barang atau mengimpor barang dari dan keluar negeri. Banyak faktor pendorong untuk melakukan kegiatan ekspor impor sehingga kegiatan ini akan terus berjalan dikemudian hari.
5.2 SARAN
Apabila Indonesia ingin mendapat sisi positif dalam perdagangan Indonesia maka Indonesia harus mampu melakukan kegiatan ekspor yang lebih banyak dibandingkan dengan kegiatan impor.
Banyaknya masalah yang terjadi dengan adanya kegiatan ekspor impor ini sehingga pemerintah dituntut untuk melakukan kebijakan yang benar dan tepat sasaran. Seharusya pemerintah membuat keringan peraturan bagi barang – barang ekspor dan impor agar kegiatan tersebut lancar.





DAFTAR PUSTAKA

NN, 2009. Makalah Ekspor Impor Indonesia. http://cafeekonomi.blogspot.com/2009/05/makalah-ekspor-impor-indonesia.html/ diunduh 30 September 2013.
Menman, 2013. Analisis Data Ekspor Impor Indonesia 2013. http://nasionalis.me/tag/analisis-data-ekspor-impor-indonesia-2013/ diunduh 10 Oktober 2013.
Wikipedia, 2013. Ekspor. http://id.wikipedia.org/wiki/Ekspor diunduh 2 November 2013.